Habis Gelap Terbitlah Terang - R. A. Kartini

Judul Buku : Habis Gelap Terbitlah
                      Terang

Pengarang : R. A. Kartini

Penerjemah : Armijin Pane

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun Terbit : 2007

Tebal Buku : 268 Halaman

Ringkasan :

     Buku ini menceritakan perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam menyetarakan derajat kaum wanita. Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Ia adalah putri dari Bupati Jepara waktu itu bernama Raden Mas Adipati Sastrodiningrat dan cucu dari Bupati Demak, Tjondronegoro.

     Saat Raden Ajeng Kartini menginjak dewasa, beliau menilai kaum wanita penuh dengan kehampaan, kegelapan, ketiadaan dalam perjuangan yang tidak lebih sebagai perobot kaum laki-laki yang bekerja secara alamiah hanya mengurus dan mengatur rumah-tangga saja.
       RA Kartini tidak bisa menerima keadaan itu, walaupun dirinya berasal dari kaum bangsawan, namun tidak mau ada perbedaan tingkatan derajat, Kartini sering turun berbaur dengan masyarakat bawah yang bercita-cita merombak perbedaan status sosial pada waktu itu, dengan semboyan, “Kita Harus Membuat Sejarah, Kita Mesti Menentukan Masa Depan Kita yang Sesuai Keperluan Kita Sebagai Kaum Wanita dan Harus Mendapat Pendidikan Yang Cukup Seperti Halnya Kaum Laki-Laki.”

       RA Kartini telah mencapai pendidikan tinggi setara dengan pemerintah kolonial Belanda dan terus memberi semangat kaum perempuan untuk tampil sama dengan kaum laki-laki. Kemudian RA Kartini dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

     Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.

     Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan
perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu.
Pada tanggal 13 September 1904, RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat. Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun. Kini RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat perjuangan semasa hidupnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Fiksi “Tulisan Sastra”

Resensi Novel Fiksi “12 Cerita Glen Anggara”

Next - Ria Ricis